Info Terkini

jualan pulsa dimana aja

Thursday, October 30, 2008

Balance Theory | Teori Keseimbangan

Teori keseimbangan mengatakan bahwa ketika timbul ketegangan antara maupun didalam diri seseorang, ia mencoba untuk meredamnya atau mengatasinya dengan cara mempersuasi diri sendiri atau mencoba mempersuasi orang lain.

Tokoh teori ini:

Fritz Heider


Tahun ditemukan:
1946

Artikel utama:
Heider, F. (1946). Attitudes and cognitive organization. Journal of Psychology, 21, 107-112.

Intrepretasiku:
Setiap orang memiliki opininya masing-masing yang mana tidak semua orang sependapat dengan opininya. Ketika berhadapan dengan orang yang memiliki kesamaan pendapat dengan kita, kita merasa nyaman atau dalam teori ini disebut seimbang. Namun ketika kita berhadapan dengan orang yang berbeda pendapat, kita cenderung tidak nyaman atau teori ini menyebutnya sebagai tidak seimbang.

Asumsi Metateori:
Teori keseimbangan adalah teori dari aliran humanistik. Epistemologi aliran ini menganggap bahwa tidak ada teori yang memiliki kebenaran yang mutlak dalam memprediksi manusia (multiple truths). Ontologi aliran ini mengambarkan bahwa manusia bersikap aktif dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sesuai dengan apa yang disukai maupun yang tidak disukainya. Aksiologi aliran ini menganggap bahwa nilai-nilai yang tertanam pada seseorang turut mempengaruhi sikapnya dalam berperilaku. Penelitian dalam aliran ini lebih bersifat subjektif.

Kritik:
Hasil penelitian dalam teori keseimbangan ini timely. Artinya hasilnya tidak akan sama pada kurun waktu yang berbeda. Namun pada dasarnya, jika terjadi ketegangan pada diri seseorang, dia mencoba untuk mengurangi ketegangan tersebut.

Pemikiran dan Implikasnya:
Teori keseimbangan beranggapan bahwa ada tiga cara agar seseorang merasa seimbang. Pertama, komunikator dan komunikan bisa saja tidak menyukai sesuatu namun pada dasarnya mereka saling menyukai, jadi mereka pada dasarnya menyukai perbedaan tersebut. Kedua, komunikan dan komunikator bisa memiliki sikap positif mengenai suatu objek atau gagasan dan bisa saling berdiskusi mengenai sisi positif itu. Ketiga, komunikator dan komunikan bisa saja tidak setuju mengenai gagasannya tersebut dan juga mereka tidak saling suka, namun mereka bisa memperoleh informasi mengapa orang lain tidak menyukai objek atau gagasan tersebut. Artinya sebagai kritik membangun bagi masing-masing pihak.

Contoh kasus:
Wahyu suka menonton acara bola dan tidak suka gosip namun Ais suka nonton gosip dan tidak suka bola. Mereka berdua berpacaran, dan saling menyanyangi. Mereka berdua merasa saling tidak ingin kehilangan satu sama lain. Jika salah satu dari mereka tidak merubah sikapnya, maka akan timbul tidak keseimbangan diantara mereka.

Buku yang membahas teori ini:
Anderson, R., & Ross, V. (1998). Questions of communication: A practical introduction to theory (2nd ed.). New York: St. Martin's Press.
Cragan, J. F., & Shields, D.C. (1998). Understanding communication theory: The communicative forces for human action. Boston, MA: Allyn & Bacon.
Griffin, E. (2000). A first look at communication theory (4th ed.). Boston, MA: McGraw-Hill.
Griffin, E. (1997). A first look at communication theory (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.
Infante, D. A., Rancer, A. S., & Womack, D. F. (1997). Building communication theory (3rd ed.). Prospect Heights, IL: Waveland Press.
Littlejohn, S. W. (1999). Theories of human communication (6th ed). Belmont, CA: Wadsworth.
West, R., & Turner, L. H. (2000). Introducing communication theory: Analysis and application. Mountain View, CA: Mayfield.
Wood, J. T. (1997). Communication theories in action: An introduction. Belmont, CA: Wadsworth.

1 comment:

Anonymous said...

Lovely tajam posting. Tidak pernah berpikir bahwa itu adalah ini mudah. Extolment untuk Anda!